Kekerasan politikal (bahasa Inggris: political violence) adalah kekerasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan politikal.[2] Dapat mencakup kekerasan yang digunakan oleh suatu negara terhadap negara lain (perang), kekerasan yang digunakan oleh negara terhadap warga sipil dan aktor non-negara (penghilangan paksa, perang psikologikal, brutalitas polisi, terorisme negara, penargetan asasinasi, penyiksaan, pembersihan etnis, atau genosida), dan kekerasan yang digunakan oleh aktor kekerasan non-negara terhadap negara dan warga sipil (penculikan, penargetan asasinasi, serangan teroris, penyiksaan, perang psikologikal dan/atau gerilya).[3][4] Ini juga dapat menggambarkan kekerasan bermotif politik yang digunakan oleh aktor kekerasan non-negara terhadap negara (pemberontakan, kerusuhan, pengkhianatan, atau kudeta) atau dapat menggambarkan kekerasan yang digunakan terhadap aktor non-negara dan/atau warga sipil lainnya.[2][3][4] Non-aksi di pihak pemerintah juga dapat dikarakterisasi sebagai bentuk kekerasan politikal, seperti menolak untuk mengurangi kelaparan atau sebaliknya menolak sumber daya untuk kelompok yang dapat diidentifikasi secara politik di dalam wilayah mereka.
Karena ketidakseimbangan kekuasaan yang ada antara aktor negara dan non-negara, kekerasan politik sering kali berbentuk perang asimetris di mana tidak ada pihak yang dapat secara direk mengasaul pihak lain, alih-alih mengandalkan taktik seperti terorisme dan perang gerilya.[2][3][4] Ini sering dapat mencakup serangan terhadap target sipilian atau non-kombatan.[5] Orang mungkin menjadi target secara kolektif berdasarkan persepsi menjadi bagian dari kelompok sosial, etnis, religi, atau politikal;[5] atau secara selektif, menargetkan individual spesifik untuk tindakan yang dianggap menantang seseorang atau membantu oponen.[5][6]
Banyak kelompok dan individu militan, pemberontak, ekstremis, dan/atau fundamentalis yang bermotivasi politikal[7] yakin bahwa negara dan sistem politikal di mana mereka hidup tidak akan pernah menanggapi tuntutan mereka, dan dengan demikian mereka percaya bahwa satu-satunya cara untuk menggulingkan dan/atau membentuk kembali pemerintah atau negara sesuai dengan pandangan dunia politikal dan/atau religius mereka adalah melalui cara-cara kekerasan, yang mereka anggap tidak hanya dijustifikasi tetapi juga perlu untuk mencapai objektif politikal dan/atau religius mereka.[5][8][9][10] Demikian pula, banyak pemerintah di seluruh dunia percaya bahwa mereka perlu menggunakan kekerasan untuk mengintimidasi populasinya agar mendapat persetujuan diam-diam. Di lain waktu, pemerintah menggunakan kekuatan untuk mempertahankan negara mereka dari invasi luar atau ancaman kekuatan lain dan memaksa pemerintah lain atau menaklukkan teritori.[11][12]
^ abcBardall, Gabrielle; Bjarnegård, Elin; Piscopo, Jennifer M. (November 2020). "How is Political Violence Gendered? Disentangling Motives, Forms, and Impacts". Political Studies. SAGE Publications on behalf of the Political Studies Association. 68 (4): 916–935. doi:10.1177/0032321719881812. ISSN1467-9248. LCCN2008233815. OCLC1641383.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcMiller, Martin A. (2022). "The Dynamics of Entangled Political Violence: From the Greensboro Massacre (1979) to the War on Terror (2001)". Dalam Larres, Klaus; Hof, Tobias. Terrorism and Transatlantic Relations: Threats and Challenges. Security, Conflict, and Cooperation in the Contemporary World (SCCCW). Cham, Swiss: Palgrave Macmillan. hlm. 33–42. doi:10.1007/978-3-030-83347-3_3. ISBN978-3-030-83347-3.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcdRossi, Federica (April 2021). Treiber, Kyle, ed. "The failed amnesty of the 'years of lead' in Italy: Continuity and transformations between (de)politicization and punitiveness". European Journal of Criminology. Los Angeles dan London: SAGE Publications on behalf of the European Society of Criminology. doi:10.1177/14773708211008441. ISSN1741-2609. The 1970s in Italy were characterized by the persistence and prolongation of political and social unrest that many Western countries experienced during the late 1960s. The decade saw the multiplication of far-left extra-parliamentary organizations, the presence of a militant far right movement, and an upsurge in the use of politically motivated violence and state repressive measures. The increasing militarization and the use of political violence, from sabotage and damage to property, to kidnappings and targeted assassinations, were justified by left-wing groups both as necessary means to achieve a revolutionary project and as defences against the threat of a neo-fascist coup.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Balcells, Laia; Stanton, Jessica A. (Mei 2021). Levi, Margaret; Rosenblum, Nancy L., ed. "Violence Against Civilians During Armed Conflict: Moving Beyond the Macro- and Micro-Level Divide". Annual Review of Political Science. Annual Reviews. 24 (1): 45–69. doi:10.1146/annurev-polisci-041719-102229. ISSN1545-1577. LCCN98643699. OCLC42836185.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Galland, Olivier (2020). "Religious Radicalism: from Absolutism to Violence". Dalam Galland, Olivier; Muxel, Anne. Radical Thought among the Young: A Survey of French Lycée Students. Youth in a Globalizing World. 11. Diterjemahkan oleh Hamilton, Peter. Leiden and Boston: Brill Publishers. hlm. 24–62. doi:10.1163/9789004432369_003. ISBN978-90-04-43236-9. ISSN2212-9383.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Fox, Jonathan (2021). "Chapter 1: FUNDAMENTALIST EXTREMISM AND POLITICS". Dalam Mathew, Mathews; Tay, Melvin. Religion and Identity Politics: Global Trends and Local Realities. Singapura: World Scientific. hlm. 3–26. doi:10.1142/9789811235504_0001. ISBN978-981-123-551-1.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^van Prooijen, Jan-Willem; Kuijper, Sophia M.H.C. (Juni 2020). Colin, Cooper, ed. "A comparison of extreme religious and political ideologies: Similar worldviews but different grievances". Personality and Individual Differences. Elsevier. 159 (109888): 109888. doi:10.1016/j.paid.2020.109888. ISSN0191-8869. LCCN85647765. OCLC04965018.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Schoenberger, Robert A. (September 1968). "Conservatism, Personality, and Political Extremism". American Political Science Review. Cambridge and New York: Cambridge University Press on behalf of the American Political Science Association. 62 (3): 868–877. doi:10.2307/1953436. ISSN1537-5943. JSTOR1953436. LCCN08009025. OCLC805068983.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Valentino, Benjamin A. (May 2014). Levi, Margaret; Rosenblum, Nancy L., ed. "Why We Kill: The Political Science of Political Violence against Civilians". Annual Review of Political Science. Annual Reviews. 17 (1): 89–103. doi:10.1146/annurev-polisci-082112-141937. ISSN1545-1577. LCCN98643699. OCLC42836185.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cohan, John A. (Januari 2006). "Necessity, Political Violence, and Terrorism"(PDF). Stetson Law Review. Gulfport, Florida: Stetson University College of Law. 35 (3): 903–982. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 28 Februari 2022. Diakses tanggal 8 Maret 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)